PENGELOLAAN PENYAKIT TANAMAN DALAM SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

BAB I
PENDAHULUAN


A.Pembahasan

B.Latar Belakang


BAB II
PEMBEHASAN

KERUGIAN AKIBAT HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
1).Kehilangan hasil akibat penyakit tumbuhan rata-rata mencapai 11.8% dan karena hama mencapai 12,2 % pada berbagai tanaman penting di seluruh dunia.
2).Kehilangan hasil akibat gangguan penyakit pada tanaman padi rata-rata mencapai 15,1 % dari potensi hasilnya, dengan kerugian di seluruh dunia mencapai 33 milyar USD selama 1988-1990.

PENGENDALIAN PENYAKIT TUMBUHAN
1.Lebih bertumpu pada penggunaan fungisida
2.Pengendalian menggunakan fungisida secara berjadwal atau tergantung cuaca
3.Pemilihan varietas tanaman lebih ditujukan untuk produksi dan pasar, bukan karena ketahanannya terhadap OPT
4.Sisa tanaman sakit dibersihkan seadanya, bukan benar-benar ditujukan untuk merendahkan jumlah propagul.
5.Belum banyak petani yang membuat perencanaan pengelolaan OPT mulai awal sebelum dilakukan praktek penanaman.

PESTISIDA UNTUK PENGENDALIAN PENYEBAB PENYAKIT
Penggunaan pestisida untuk pengendalian penyakit a.l.:
Fungisida à untuk jamur à jumlahnya cukup banyak
Nematisida à untuk nematoda à beberapa saja
Bakterisida à untuk bakteri à beberapa saja
Algisida à untuk Algae à sangat sedikit jumlahnya
Racun untuk Tanaman Tinggi Parasit (?)
Protozoisida (?)
Virisida (?)
Viroisida (?)
Fitoplasmasida (?)
Riketsiasida (?)


PERTANIAN BERKELANJUTAN
Awalnya, tahun 1980, istilah “sustainable agriculture” atau diterjemahkan menjadi ‘pertanian berkelanjutan’ digunakan untuk menggambarkan suatu sistem pertanian alternatif berdasarkan pada konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di pedesaan. Sistem pertanian berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat di pedesaan.
Tiga indikator besar yang dapat dilihat:
1.Lingkungannya lestari
2.Ekonominya meningkat (sejahtera)
3.Secara sosial diterima oleh masyarakat petani.

PHT DAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN
PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan yang terlanjutkan. Sasaran PHT adalah : 1) produktivitas pertanian yang mantap dan tinggi, 2) penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, 3) populasi OPT dan kerusakan tanaman karena serangannya tetap berada pa­da aras yang secara ekonomis tidak merugikan, dan 4) pengurangan risiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida. Strategi PHT adalah memadukan secara kompatibel semua teknik atau metoda pengendalian OPT didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi.
à PHT adalah sistem pengendalian OPT yang merupakan bagian dari sistem pertanian berkelanjutan

PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT) UNTUK PENYAKIT TANAMAN
Kegiatan pengendalian penyakit pada tanaman berdasarkan prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) dimulai dari masa pra-tanam sampai panen, bahkan rekomendasi pengendalian pada beberapa jenis tanaman juga menyangkut pascapanen. Dalam pelaksanaan pengendalian pada setiap fase tumbuh tanaman, dimulai dari analisa ekosistem, pengamatan penyakit dan pengambilan keputusan apakah akan dilakukan tindakan pengendalian atau tidak. Sebelum dilakukan tindakan pengendalian, perlu diadakan pengamatan terhadap penyakit. Pada setiap fase pertumbuhan tanaman, seharusnya telah diketahui penyakit apakah yang biasanya mengganggu tanaman. Hal demikian ini agar memudahkan dalam melakukan monitoring penyakitnya. Penggunaan fungisida hanya bila perlu .

PRINSIP PENGELOLAAN PENYAKIT TUMBUHAN
1.Pada prinsipnya, untuk mengelola penyakit tumbuhan ada strategi dan ada taktik yang dapat digunakan.
2.Taktik dipakai untuk mencapai tujuan berdasar strategi yang dicanangkan.
3.Secara umum, ada tiga strategi yang dapat dilakukan untuk pengendalian penyakit tumbuhan yaitu :
(1) strategi untuk mengurangi inokulum awal,
(2) strategi untuk mengurangi laju infeksi, dan
(3) strategi untuk mengurangi lamanya epidemi.
4.Sedangkan taktik pada prinsipnya ada enam, yaitu avoidan, ekslusi, eradikasi, proteksi, resistensi, dan terapi.

PERMASALAHAN PENERAPAN PHT DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT
1.Tidak ada insentif bagi petani yang menerapkan PHT, sehingga kurang menarik minat petani.
2.Kemampuan petani dalam membuat perencanaan untuk pengendalian dikaitkan dengan aspek cuaca, lahan dan kegiatan budidaya tanaman.
3.Kebiasaan petani menggunakan benih sembarangan
4.Keterbatasan petani untuk informasi cara-cara pengendalian yang efektif dan tidak merusak lingkungan selain penggunaan fungisida
5.Informasi varietas yang sedang beredar di masyarakat terutama dari aspek ketahanan
6.Informasi tentang ras-ras patogen dan daerah endemi penyebarannya serta varietas yang tahan.
7.Penguasaan petani tentang aspek cuaca berkaitan dengan datangnya penyakit tertentu

PERMASALAHAN PENERAPAN PHT DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT
1.Faktor penyakit yang renik dan gejala yang mirip-mirip menyebabkan diagnosis penyakit dan deteksi dini lebih sukar dikuasai kebanyakan petani
2.Pemahaman petani terhadap aspek yang menyangkut perilaku patogen dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan patogen.
3.Penerapan PHT yang berhasil hanya pada beberapa komoditas unggulan, belum menyangkut banyak komoditas yang terus berkembang di masyarakat.
4.Buku-buku petunjuk untuk PHT lebih banyak menekankan pada aspek hama, ekosistem, musuh alami hama dibandingkan pada masalah penyakit.

BEBERAPA SOLUSI
1.Insentif bagi petani yang menerapkan PHT
2.Keberpihakan pemerintah lebih diperbesar untuk meningkatkan pendidikan dan penyediaan sarana/prasarana bagi petani di pedesaan
3.Faktor informasi à dapat didekati dengan informasi yang atraktif, sederhana dan mudah dimengerti, up to date, mudah diakses.
a).Buku-buku masuk desa dan Perpustakaan keliling
b).Klinik tumbuhan masuk desa
c).Internet masuk desa

BAB III
KESIMPULAN

1.Penerapan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) dalam pengendalian penyakit tumbuhan merupakan bagian dari kegiatan dalam sistem pertanian berkelanjutan.
2.Permasalahan yang dihadapi petani dalam penerapan PHT untuk pengendalian penyakit tumbuhan masih banyak, sehingga perlu uluran tangan pemerintah lebih besar lagi untuk menyelesaikan berbagai masalah tersebut.
3.Perlu dibangun sistem jaringan informasi berbasis web di pedesaan agar petani menjadi lebih mampu dalam menerapkan PHT, yang pada akhirnya akan tercapai pertanian berkelanjutan yang diharapkan bersama.

DAFTAR PUSTAKA
Abadi, A.L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Buku3. Bayumedia Publishing.
Abadi, A. L. 2005. Permasalahan Dalam Penerapan Sistem Pengendalian Hama Terpadu Untuk Pengelolaan Penyakit Tumbuhan Di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Penyakit Tumbuhan pada Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Agrios, G.N. 1997. Plant Pathology. Forth Edition. Academic Press, New York.
Fry, W.E. 1982. Principles of Plant Disease Management. Academic Press, New York.
Oerke, E.C., H. W. Dehne, F. Schonbeck, dan A. Weber. 1994. Crop Production and Crop Protection: Estimated Losses in Major Food and Cash Crops. Elsevier, Amsterdam.
Untung, K. 2000. Pelembagaan Konsep Pengendalian Hama Terpadu di Indonesia. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia No. 6 (1): 1-8
Untung, K. 2004. Pengelolaan Hama Terpadu sebagai Penerapan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Primordia, No. 15/Th. XXI